Why Nations Fail – Daron Acemoglu & James Robinson: Kenapa Negara Bisa Maju atau Gagal

Why Nations Fail

Why Nations Fail karya ekonom Daron Acemoglu dan ilmuwan politik James A. Robinson adalah salah satu karya paling berpengaruh dalam bidang ekonomi politik modern. Diterbitkan pada 2012, buku ini mencoba menjawab pertanyaan besar:

“Mengapa ada negara yang kaya dan stabil, sementara yang lain miskin dan gagal?”

Lewat riset lintas sejarah, geografi, dan politik, keduanya menyimpulkan bahwa institusi politik dan ekonomi adalah kunci utama di balik keberhasilan atau kegagalan sebuah bangsa.

Ide Utama Buku Why Nations Fail

Buku ini menolak penjelasan klasik yang menyalahkan faktor geografi, budaya, atau kebodohan masyarakat. Sebaliknya, keberhasilan dan kemunduran suatu negara ditentukan oleh institusinya — aturan, kebijakan, dan struktur kekuasaan yang mengatur masyarakat.

1. Institusi Inklusif vs Ekstraktif

  • Institusi Inklusif: membuka kesempatan bagi semua warga untuk berpartisipasi dalam ekonomi dan politik.
    → Contoh: Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan.
  • Institusi Ekstraktif: dikuasai oleh segelintir elite yang memonopoli kekuasaan dan kekayaan.
    → Contoh: Korea Utara, Zimbabwe, dan bekas koloni yang gagal berkembang.

2. Peran Politik dalam Ekonomi

Acemoglu dan Robinson menegaskan bahwa ekonomi yang sehat hanya mungkin jika sistem politiknya demokratis dan terbuka. Kekuasaan absolut akan melahirkan korupsi dan ketimpangan.

3. Sejarah Menentukan Masa Depan

Negara yang pernah membangun sistem kolonial ekstraktif (seperti di Amerika Latin atau Afrika) cenderung sulit berkembang karena warisan kekuasaan yang menindas masih berlanjut.

Contoh Kasus dari Buku

  1. Korea Utara vs Korea Selatan:
    Dua negara dengan budaya dan geografi serupa, tetapi memiliki sistem politik dan ekonomi berbeda. Korea Selatan dengan institusi inklusif tumbuh pesat, sementara Korea Utara tetap miskin di bawah rezim otoriter.
  2. Amerika Latin dan Afrika:
    Banyak negara di kawasan ini terjebak dalam sistem ekstraktif pascakolonial, di mana elite mempertahankan kekuasaan dan kekayaan.
  3. Inggris pada Revolusi Industri:
    Keberhasilan Inggris bukan karena keberuntungan geografis, tetapi karena perubahan politik yang memberi hak ekonomi lebih luas pada rakyat.

Pesan dan Nilai Buku

  1. Pembangunan butuh institusi adil. Negara hanya bisa maju jika sistemnya memberi kesempatan bagi semua warga.
  2. Kekuasaan harus diawasi. Tanpa kontrol, elite akan memperkaya diri sendiri.
  3. Demokrasi bukan jaminan, tapi fondasi penting. Demokrasi memberi ruang inovasi dan partisipasi publik.
  4. Perubahan butuh waktu. Reformasi institusi seringkali sulit karena ditentang pihak yang diuntungkan oleh sistem lama.

Popularitas dan Pengaruh

  1. Buku ini menjadi bestseller global dan sering dijadikan referensi oleh ekonom, politisi, dan akademisi.
  2. Diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa dan digunakan sebagai bahan kuliah di universitas ternama dunia.
  3. Dipuji karena mampu menjembatani ekonomi, sejarah, dan politik dalam satu kerangka analisis sederhana.
  4. Dianggap sebagai karya lanjutan dari teori pembangunan ekonomi modern.

Relevansi di Era Modern

Buku Why Nations Fail tetap relevan dalam konteks global, termasuk Indonesia. Ia menunjukkan bahwa korupsi, birokrasi tertutup, dan politik uang adalah tanda-tanda institusi ekstraktif yang menghambat kemajuan bangsa.

Pesannya sejalan dengan misi UNESCO: bahwa pembangunan berkelanjutan hanya mungkin jika ada pemerintahan inklusif, partisipatif, dan adil.

Kesimpulan

Why Nations Fail karya Daron Acemoglu dan James Robinson menjelaskan bahwa nasib sebuah bangsa ditentukan bukan oleh nasib atau letak geografis, tetapi oleh institusi politik dan ekonomi yang mereka bangun. Dengan sistem yang inklusif, setiap warga punya peluang untuk berkontribusi — dan itulah fondasi sejati kemakmuran.

Baca juga: Hidden Figures – Margot Lee Shetterly: Kisah Ilmuwan Kulit Hitam di Balik NASA